Halaman

Kamis, 03 April 2014

Penalaran Ilmiah dalam Penulisan Ilmiah

KONSEP PENALARAN ILIMIAH DALAM KAITANNYA DENGAN PENULISAN ILIMIAH


A.    PENGERTIAN
Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan itu terdiri dari pengertian-pengertian sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lainnya ada batas-batas tertentu untuk menghindari kekaburan arti. Jadi bisa dikatakan penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, atau pun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju suatu kesimpulan.

Tidak bisa kesampingkan bahwa dalam penalaran juga pasti ada proses berpikir, yaitu kegiatan berpikir atau akal budi manusia. Dengan berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk “mengolah” pengetahuan yang telah kita terima melalui panca indra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Jadi, dengan istilah “berpikir” ditunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah. “Melamun” tidaklah sama dengan berpikir, demikian pula merasakan, pekerjaan panca indera (melihat, mendengar dan sebagainya) dan kegiatan ingatan dan khayalan, meskipun ini semua penting sekali untuk dapat berpikir (dan menghasilkan buah pikiran yang berarti). Tetapi berpikir juga berarti kegiatan kenyataan yang menggerakkan pikiran. kenyataan yang memegang inisiatif.

B.     JENIS PENALARAN ILMIAH
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.

 1. Penalaran Induktif dan Coraknya
 Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.

 Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
a.      Generalisasi
 Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.

 Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:
 1) Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.

 2) Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran.

 b. Analogi
 Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpula yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.

 Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:
 1) Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.

 2) Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of California tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya. Dalam contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.

 c. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab.
Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.

 Contoh:
 1) Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).

 2) Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).

 2. Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.

C.     CIRI-CIRI PENALARAN
  1. Dilakukan dengan sadar
  2. Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
  3. Sistematis
  4. Terarah, bertujuan
  5. Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru
  6. Sadar tujuan
  7. Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh
  8. Pola pemikiran tertentu
  9. Sifat empiris rasional
D.      PENULISAN ILMIAH
Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Dari pengertian tersebut secara awal kita dapat mengenal salah satu ciri khas karya ilmiah adalah lewat bentuknya yakni tertulis, baik di buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun yang tersebar di internet, di samping ciri lain yang mesti dipenuhi dalam sebuah karya ilmiah.

E.       SIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa penalaran ilmiah adalah proses berpikir atas suatu dasar yang kuat yang bisa dikatakan bahwa itu adalah bukan pikiran sekedar atau sembarangan. Di lain sisi penulisan ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang berdasarkan data, fakta, dan hasil-hasil penelitian lainnya. Jadi bisa kita lihat bahwa penalaran ilmiah adalah sebagai dasar utama dalam pembuatan penulisan ilmiah, karena keduanya saling bersangkutan dalam lingkup berpikir ilmiah.


Daftar Pustaka
Surajiyo. 2006. Dasar-dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara
Poespoprodjo, W. 1989. Logika Ilmu Menalar. Bandung : Remadja Karya
Surajiyo. 2006. Dasar-dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara          
Suriasumantri, Jujun. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : PT Pancaraintan Indahgraha

http://aryonelmessi.wordpress.com/2011/02/24/penulisan-ilmiah-2/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar