Hubungan
Personal
Hubungan
adalah suatu keterkaitan, bisa baik dan buruk, tapi itu tergantung bagaimana
kita menjalani dan menyikapinya. Setiap hubungan yang kita miliki haruslah di
jaga dan bahkan dipelihara, jika kita memulai suatu hubungan, lalu membiarkan
hubungan itu layaknya “Let the wind flow!”, percayalah hubungan itu akan
semakin mengalir hingga kau tidak tahu terakhir hubungan itu seperti apa.
Tetapi jika kita peduli, kita tidak akan membiarkan itu terjadi, karena
kebaikan haruslah dijaga dan dipelihara, maka dari itu disinilah pentingnya
sebuah hubungan yang bisa dibilang khusus atau bahkan intim untuk memelihara
keharmonisan itu, yaitu dengan hubungan personal satu sama lain.
Hubungan
personal, apa itu? Shadily dan Echols
(1990) mengartikan hubungan personal / intimasi sebagai kelekatan yang kuat
yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk
tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya
terhadap orang lain.
Sederhananya,
hubungan personal adalah hubungan yang selalu mencoba untuk mengerti satu sama
lain. Kenapa selalu mencoba? Karena seperti yang penulis katakan di awal bahwa hubungan
harus dijaga dan dipelihara, seperti halnya sebuah mesin, hubungan juga butuh
perawatan, tatkala ia jenuh, maka hal pertama yang harus di lakukan adalah
penyegaran. Penyegaran itu bisa salah satunya adalah berupa keakraban atau juga
tanggapan yang suportif dalam komunikasi.
Kekuatan dari hubungan personal ini bisa kita saksikan dari kasus Siti Zaenab seorang TKW asal Bangkalan, Madura. Saat itu Siti menghadapi vonis hukuman pancung setelah membunuh majikannya di Arab Saudi. Mendengar kabar seperti itu, Presiden ke 4 Indonesia langsung berinisiatif untuk menelepon Raja Fahd (Raja sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi) untuk meminta pengampunan atas warga negaranya. Telepon Presiden ke 4 ini cukup ampuh, terbukti Raja Fahd mengampuni wanita Indonesia itu dan Siti pun di pulangkan ke Indonesia (RIMANEWS, Juni 2011). Dari kisah ini pasti timbul beberapa pertanyaan, kenapa Raja bisa mengampuni Siti Zaenab? Apa yang di bicarakan oleh presiden ke raja?
Tentu ini bukan hal mudah untuk berdiplomasi dengan Raja Arab yang terkenal no compromise. Tapi seorang KH. Abdurrahman Wahid tidak ingin mundur begitu saja dari perjuangan nyawa warga negaranya. Layak seorang diplomat ulung, presiden ke 4 terus membujuk dan akhirnya berhasil. Karena KH. Abdurrahman Wahid dalam riwayat hubungan mereka berdua sudah memiliki hubungan yang cukup dekat, sehinnga permasalahan apapun bisa dibicarakan dengan baik-baik secara seksama. Disinilah pentingnya hubungan personal satu sama lain.
Hubungan Personal bukan Berarti Spesial
Esensi dari “…bukan Berarti Spesial”
Suatu hubungan personal memang
terkadang bisa kita salah artikan saat kita menafsirkannya beda. Tidak mudah
memang dalam mengartikan tindakan yang ada dalam hubungan ini, salah-salah kita
bisa berpikir negatif terhadap orang yang kita tafsirkan. Disinilah penulis
ingin mencoba sedikit membuka pandangan kita terhadap judul yang berbunyi “Hubungan
Personal bukan Berarti Spesial (tapi Istimewa)”. Mari kita kerucutkan kembali terhadap judul
itu pada kata-kata “…bukan Berarti Spesial”.
“Hubungan
personal bisa dikatan adalah hubungan universal yang bersifat personal.
Mudah
saja bila kita sedikit dalami pada kata-kata itu, bahwa hubungan personal tidak
berarti kedua belah pihak yang melakukan hubungan itu memiliki kelekatan khusus,
melainkan hubungan personal bisa dikatan adalah hubungan universal yang
bersifat personal. Karena universal, sudah seharusnya hubungan yang bersifat
ini bisa kita terapkan dalam jenis hubungan apa saja. Baik itu keluarga,
pasangan, atau bahkan teman sekalipun. Karena hubungan ini pada dasarnya bertujuan
untuk membaikkan hubungan dan tidak lebih dari itu.
Jadi, jelaslah bagi kita bahwa hubungan personal harus kita terapkan pada
siapapun, pada sahabatkah atau juga temankah, konsep ini harus kita
pertahankan, karena hal ini semata-mata demi kabaikan dalam hubungan kita
dengannya. Maka dari itu, esensi terhadap kata-kata “…bukan Berarti Spesial (tapi Istimewa)”
dapat kita cerna dengan mudah bukan?
By Muhammad Alvin B. U.
Bekasi, Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar