Halaman

Rabu, 30 April 2014

Personal Relation (TULISAN 2)



Hubungan Personal

Hubungan adalah suatu keterkaitan, bisa baik dan buruk, tapi itu tergantung bagaimana kita menjalani dan menyikapinya. Setiap hubungan yang kita miliki haruslah di jaga dan bahkan dipelihara, jika kita memulai suatu hubungan, lalu membiarkan hubungan itu layaknya “Let the wind flow!”, percayalah hubungan itu akan semakin mengalir hingga kau tidak tahu terakhir hubungan itu seperti apa. Tetapi jika kita peduli, kita tidak akan membiarkan itu terjadi, karena kebaikan haruslah dijaga dan dipelihara, maka dari itu disinilah pentingnya sebuah hubungan yang bisa dibilang khusus atau bahkan intim untuk memelihara keharmonisan itu, yaitu dengan hubungan personal satu sama lain.

Hubungan personal, apa itu? Shadily dan Echols (1990) mengartikan hubungan personal / intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan. Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.

Sederhananya, hubungan personal adalah hubungan yang selalu mencoba untuk mengerti satu sama lain. Kenapa selalu mencoba? Karena seperti yang penulis katakan di awal bahwa hubungan harus dijaga dan dipelihara, seperti halnya sebuah mesin, hubungan juga butuh perawatan, tatkala ia jenuh, maka hal pertama yang harus di lakukan adalah penyegaran. Penyegaran itu bisa salah satunya adalah berupa keakraban atau juga tanggapan yang suportif dalam komunikasi.

Kekuatan dari hubungan personal ini bisa kita saksikan dari kasus Siti Zaenab seorang TKW asal Bangkalan, Madura. Saat itu Siti menghadapi vonis hukuman pancung setelah membunuh majikannya di Arab Saudi. Mendengar kabar seperti itu, Presiden ke 4 Indonesia langsung berinisiatif untuk menelepon Raja Fahd (Raja sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi) untuk meminta pengampunan atas warga negaranya. Telepon Presiden ke 4 ini cukup ampuh, terbukti Raja Fahd mengampuni wanita Indonesia itu dan Siti pun di pulangkan ke Indonesia (RIMANEWS, Juni 2011). Dari kisah ini pasti timbul beberapa pertanyaan, kenapa Raja bisa mengampuni Siti Zaenab? Apa yang di bicarakan oleh presiden ke raja?

Tentu ini bukan hal mudah untuk berdiplomasi dengan Raja Arab yang terkenal no compromise. Tapi seorang KH. Abdurrahman Wahid tidak ingin mundur begitu saja dari perjuangan nyawa warga negaranya. Layak seorang diplomat ulung, presiden ke 4 terus membujuk dan akhirnya berhasil. Karena KH. Abdurrahman Wahid dalam riwayat hubungan mereka berdua sudah memiliki hubungan yang cukup dekat, sehinnga permasalahan apapun bisa dibicarakan dengan baik-baik secara seksama. Disinilah pentingnya hubungan personal satu sama lain.

Hubungan Personal bukan Berarti Spesial
Esensi dari “…bukan Berarti Spesial”
            Suatu hubungan personal memang terkadang bisa kita salah artikan saat kita menafsirkannya beda. Tidak mudah memang dalam mengartikan tindakan yang ada dalam hubungan ini, salah-salah kita bisa berpikir negatif terhadap orang yang kita tafsirkan. Disinilah penulis ingin mencoba sedikit membuka pandangan kita terhadap judul yang berbunyi “Hubungan Personal bukan Berarti Spesial (tapi Istimewa)”. Mari kita kerucutkan kembali terhadap judul itu pada kata-kata “…bukan Berarti Spesial”.

Hubungan personal bisa dikatan adalah hubungan universal yang bersifat personal.           

Mudah saja bila kita sedikit dalami pada kata-kata itu, bahwa hubungan personal tidak berarti kedua belah pihak yang melakukan hubungan itu memiliki kelekatan khusus, melainkan hubungan personal bisa dikatan adalah hubungan universal yang bersifat personal. Karena universal, sudah seharusnya hubungan yang bersifat ini bisa kita terapkan dalam jenis hubungan apa saja. Baik itu keluarga, pasangan, atau bahkan teman sekalipun. Karena hubungan ini pada dasarnya bertujuan untuk membaikkan hubungan dan tidak lebih dari itu.

Jadi, jelaslah bagi kita bahwa hubungan personal harus kita terapkan pada siapapun, pada sahabatkah atau juga temankah, konsep ini harus kita pertahankan, karena hal ini semata-mata demi kabaikan dalam hubungan kita dengannya. Maka dari itu, esensi terhadap kata-kata “…bukan Berarti Spesial (tapi Istimewa)” dapat kita cerna dengan mudah bukan?


By Muhammad Alvin B. U.
 Bekasi, Indonesia

Jumat, 04 April 2014

Bunga (Usury) - TULISAN 5

Kamuflase Bunga

Bunga adalah salah satu tanaman ciptaan Allah swt. yang sungguh indah, begitu memikat dan sangat memukau. Bunga menebarkan keharuman yang luar biasa, meskipun tidak semua bunga harum tapi mereka tetap indah bahkan dicari-cari orang banyak karena kelangkaannya dan membawa kebaikan dalam hidup ini, selain dia sangat mewarnai dunia ini dengan bermacam-macam jenisnya, bunga juga memberikan hirupan sedap di hidung kita. Tetapi, itu adalah bunga (flower) bagaimana dengan bunga (usury)?

Bunga (usury) yang saya maksud disini adalah sungguh sangat berbeda dengan bunga (flower) yang saya jabarkan di atas.Keberadaan bunga (usury) ini begitu luar biasa membawa dampak ke dalam hidup ini, kekuatan yang ada padanya pun hebat sekali, karena mampu menciptakan krisis ekonomi di banyak negara di dunia. Bunga (usury) diaangap menjadi penyakit ekonomi yang sangat mendasar dalam seluruh kegiatan ekonomi. Karena hal ini sangat tidak pantas ada dalam sebuah sistem ekonomi, apalagi dewasa ini di Indonesia sedang di gembor-gemborkannya sebuah sub-sistem ekonomi yang disebut dengan Ekonomi Kerakyatan.

Lalu bagaimana dengan hari ini? Bunga (usury) dalam sistem ekonomi yang dianut oleh rata-rata negara di dunia sudah sangat merajalela dan seakan mendarah-daging dengan kedoknya yang manis. Bunga seakan telah menjadi gaya hidup yang banyak orang banggakan, padahal mereka jatuh dan terpuruk karena itu. Kekutan bunga (usury) memang sungguh besar, bisa dilihat bahwa hampir 20 krisis terjadi pada abad ke 20 akibat bunga itu sendiri (Glyn Davies, 1960).

Kenapa saya bisa bilang seperti itu? Saya bisa bilang seperti itu setelah saya bergabung di Kelompok Studi Ekonomi Islam yaitu Sharia Economic Forum yang bernaung di Universitas Gunadarma. Di organisasi ini lah saya mulai mengenal bunga (usury). Di organisasi ini saya banyak belajar tentang apa itu ekonomi islam. Dahulu pada zaman ke adi kuasaan negara Turki pada tahun 1700an, bisa dibilang ekonomi dunia sangatlah nyaman dan aman dari bentuk ancaman ekonomi apapun, karena pada zaman itu di terapkannya ekonomi islam yang menjadi dasar ekonomi di Negara Turkey dan sekitarnya. Dimana sistem ekonomi ini mengedapankan keadilan bagi semua pihak yang ada dalam ekonomi tersebut.
Ekonomi islam telah menjadi jantung dunia saat itu dan menjadi pondasi ekonomi yang begitu kokoh yang di terapkan oleh negara Turki. Kenapa bisa menjadi pondasi ekonomi yang kokoh? Karena begitu adil dan berimbangnya sistem ekonomi ini, ditambah lagi dengan tidak di kenalnya “bunga (usury)” pada sistem ini. Sebab pada dasarnya dalam ekonomi syariah adalah untuk menjauhkan dan menghilangkan seluruh kegiatan ekonomi dari “bunga” atau “riba”

Ekonomi Syariah (TULISAN 6)

The Lost and The New Economic Power

Dahulu pada zaman ke adi-kuasaan negara Turkey pada tahun 1700an, bisa dibilang ekonomi dunia sangatlah nyaman dan aman dari bentuk ancaman ekonomi apapun, karena pada zaman itu di terapkannya ekonomi syariah yang menjadi dasar ekonomi di Negara Turkey dan sekitarnya. Dimana sistem ekonomi ini mengedapankan keadilan bagi semua pihak yang ada dalam ekonomi itu sendiri.

Ekonomi syariah telah menjadi jantung dunia saat itu dan menjadi pondasi ekonomi yang begitu kokoh yang di terapkan oleh Negara Turkey. Kenapa bisa menjadi pondasi ekonomi yang kokoh? Karena begitu adil dan berimbangnya sistem ekonomi ini, ditambah lagi dengan tidak di kenalnya “suku bunga” pada sistem ini. Sebab pada dasarnya dalam ekonomi syariah adalah untuk menjauhkan dan menghilangkan seluruh kegiatan ekonomi dari “suku bunga” atau “Riba”.

Suku bunga diaangap menjadi penyakit ekonomi yang sangat mendasar dalam seluruh kegiatan ekonomi. Karena hal ini sangat tidak pantas ada  dalam sebuah sistem ekonomi, apalagi dewasa ini di Indonesia sedang di gembor-gemborkannya sebuah sub-sistem ekonomi yang disebut dengan Ekonomi Kerakyatan. Sebagai contoh, jika kita ingin membantu orang lain dengan meminjamkannya utang tapi utang itu disertai bunga, yang pada dasarnya bunga itu adalah tambahan dari apa yang di pinjam, apa ini bisa di bilang membantu? Padahal kita jelas menuntut tambahan dari apa yang di pinjam. Justru disini kita malah menambah beban si penerima bantuan karena kita telah menuntut apa yang bukan hak kita dan memaksa apa yang bukan menjadi kewajibannya.

Tetapi beberapa puluh tahun belakangan ini, ekonomi syariah seakan memudar dan menghilang dari kehidupan ekonomi dunia, bahkan di Negara berpenduduk muslim terbesar sekali pun seperti di Indonesia, ekonomi syariah menjadi barang langka yang keberadannya diragukan ada. Oleh karena itu, upaya untuk menerapkan sistem ekonomi syariah di tanah Indonesia ini sangat lah urgensi demi kehidupan ekonomi Indonesia yang aman dan adil bagi seluruh aspek ekonomi di negeri ini.

By Muhammad Alvin B. U.
Bekasi, Indonesia

Metode Ilmiah dan Sikap Ilmiah

TEORI-TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN METODE ILMIAH DAN SIKAP ILMIAH

PENGERTIAN        
            Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Metode Ilmiah menurut para ahli :
            Menurut Almack (1939),1)(Sumber: J.C Almack, Resarch and Thesis Writing, hongton Mifflin Co., Boston, 1930.) metode ilmiah adalah caa menerapkan prinsip- prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Sedangakan ostle (1975), (Sumber: B. Ostle, Statistics in Research, 3rd ed. The iowa State Univ. Press, Iowa, 1975.) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengajaran terhadap sesuatu untuk memperoleh suatu interelasi.
Winarno (1994) : Metode penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah yang dilakukan dengan teknik yg teliti dan sistematik.
Muhiddin Sirat (2006) : Metode penelitian adalah suatu cara memilih masalah dan penentuan judul penelitian.

TUJUAN
Tujuan Mempelajari Metode Ilmiah
1. Untuk meningkatkan keterampilan, baik dalam menulis, menyusun, mengambil kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip yang ada.
2. Untuk mengorganisasikan fakta
3. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
4.  Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
5. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
            Sehingga hubungan metode ilmiah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah adalah sebagai berikut :
  • Membantu pemecahan permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang memuaskan.
  • Menguji ulang hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
  • Memecahkan atau menentukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih menjadi teka-teki.
SIKAP ILMIAH
Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah. Sikap ilmiah ini perlu dibiasakan dalam berbagai forum ilmiah, misalnya dalam diskusi, seminar, loka karya, dan penulisan karya ilmiah. Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti. Untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan benar, peneliti harus memiliki sifat – sifat berikut ini.
a)      Sikap ingin tahu.
Sikap ingin tahu ini terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan bidang kajiannya. Mengapa demikian? Bagaimana caranya? Apa saja unsur-unsurnya? Dan seterusnya.

b)      Sikap kritis.
 Sikap kritis ini terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan-kekurangannya, kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.

c)      Sikap terbuka.
Sikap terbuka ini terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

d)     Sikap objektif.
Sikap objektif ini terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.

e)      Sikap rela menghargai karya orang lain.
Sikap menghargai karya orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari pernyataan atau pendapat orang lain.

f)       Sikap berani mempertahankan kebenaran.
Sikap ini menampak pada ketegaran membela fakta dan hasil temuan lapangan atau pengembangan walapun bertentangan atau tidak sesuai dengan teori atau dalil yang ada.

g)      Sikap menjangkau ke depan.
Sikap ini dibuktikan dengan selalu ingin membuktikan hipotesis yang disusunnya demi pengembangan bidang ilmunya.
Sikap ilmiah ini juga harus ada pada diri Anda ketika menyusun buku ilmiah. Kebiasaan-kebiasaan yang bertentangan dengan sikap ilmiah harus Anda buang jauh-jauh, misalnya sikap menonjolkan diri dan tidak menghargai pendapat orang lain, sikap ragu dan mudah putus asa, sikap skeptis dan tak acuh terhadap masalah yang dihadapi.


Daftar Pustaka
Furchan arif. 2005. Pengantar penelitian dalam pendidikan. Jakarta: Pustaka pelajar
http://www.scribd.com/doc/40750397/Sikap-Ilmiah
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/apa-itu-sikap-ilmiah/
http://zhuyavabel.blogspot.com/2012/04/sikap-sikap-ilmiah.html
Yusuf,muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP press
Nazir,M.(2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode
http://fourseasonnews.blogspot.com/2013/04/kegunaan-metode-ilmiah.html
http://rararirureroo.blogspot.com/2013/06/metode-ilmiah-definisi-tujuan-langkah.html

Penalaran

Teori-Teori yang Berhubungan dengan Penalaran.

PENGERTIAN
Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan itu terdiri dari pengertian-pengertian sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lainnya ada batas-batas tertentu untuk menghindari kekaburan arti. Jadi bisa dikatakan penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, atau pun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju suatu kesimpulan.

Tidak bisa kesampingkan bahwa dalam penalaran juga pasti ada proses berpikir, yaitu kegiatan berpikir atau akal budi manusia. Dengan berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk “mengolah” pengetahuan yang telah kita terima melalui panca indra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Jadi, dengan istilah “berpikir” ditunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah. “Melamun” tidaklah sama dengan berpikir, demikian pula merasakan, pekerjaan panca indera (melihat, mendengar dan sebagainya) dan kegiatan ingatan dan khayalan, meskipun ini semua penting sekali untuk dapat berpikir (dan menghasilkan buah pikiran yang berarti). Tetapi berpikir juga berarti kegiatan kenyataan yang menggerakkan pikiran. kenyataan yang memegang inisiatif.

CIRI-CIRI PENALARAN
  1. Dilakukan dengan sadar
  2. Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
  3. Sistematis
  4. Terarah, bertujuan
  5. Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru
  6. Sadar tujuan
  7. Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh
  8. Pola pemikiran tertentu
  9. Sifat empiris rasional
JENIS PENALARAN
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.
 1. Penalaran Induktif dan Coraknya
 Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.

 Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
a.      Generalisasi
 Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.

 Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:
 1) Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.
 2) Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran.

 b. Analogi
 Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpula yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.
 Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:
 1) Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.
 2) Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of California tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya.

 Dalam contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.
 c. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab.

Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.
 Contoh:
 1) Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).
 2) Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).
 2. Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.


Daftar Pustaka
Suriasumantri, Jujun. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : PT Pancaraintan Indahgraha
Poespoprodjo, W. 1989. Logika Ilmu Menalar. Bandung : Remadja Karya
Surajiyo. 2006. Dasar-dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara
http://tisachan.blogspot.com/2012/11/logika-dan-penalaran-ilmiah.html
http://naruchan07.blogspot.com/2013/03/penalaran-karya-ilmiah.html

Kamis, 03 April 2014

Metode Ilmiah dalam Menjawab Pertanyaan Ilmiah

PEMKAIAN METODE ILMIAH UNTUK MENJAWAB PERTANYAAN-PERTANYAAN ILMIAH


A. PENGERTIAN   
    Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

    Menurut Almack (1939), (Sumber: J.C Almack, Resarch and Thesis Writing, hongton Mifflin Co., Boston, 1930.) metode ilmiah adalah caa menerapkan prinsip- prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran. Sedangakan ostle (1975), (Sumber: B. Ostle, Statistics in Research, 3rd ed. The iowa State Univ. Press, Iowa, 1975.) berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengajaran terhadap sesuatu untuk memperoleh suatu interelasi.
            Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.

B. TUJUAN
Tujuan Mempelajari Metode Ilmiah
1. Untuk meningkatkan keterampilan, baik dalam menulis, menyusun, mengambil kesimpulan maupun dalam menerapkan prinsip-prinsip yang ada.
2. Untuk mengorganisasikan fakta
3. Merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis.
4.  Untuk mencari ilmu pengetahuan yang dimulai dari penentuan masalah, pengumpulan data yang relevan, analisis data dan interpretasi temuan, diakhiri dengan penarikan kesimpulan.
5. Mendapatkan pengetahuan ilmiah (yang rasional, yang teruji) sehingga merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.

            Sehingga hubungan metode ilmiah dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan ilmiah adalah sebagai berikut :
  • Membantu pemecahan permasalahan dengan penalaran dan pembuktian yang memuaskan.
  • Menguji ulang hasil penelitian orang lain sehingga diperoleh kebenaran yang objektif.
  • Memecahkan atau menentukan jawaban rahasia alam yang sebelumnya masih menjadi teka-teki.

Daftar Pustaka
Yusuf,muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP press
Nazir,M.(2005). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia
Furchan arif. 2005. Pengantar penelitian dalam pendidikan. Jakarta: Pustaka pelajar
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode_ilmiah
http://id.wikipedia.org/wiki/Metode
http://fourseasonnews.blogspot.com/2013/04/kegunaan-metode-ilmiah.html
http://rararirureroo.blogspot.com/2013/06/metode-ilmiah-definisi-tujuan-langkah.html

Penalaran Ilmiah dalam Penulisan Ilmiah

KONSEP PENALARAN ILIMIAH DALAM KAITANNYA DENGAN PENULISAN ILIMIAH


A.    PENGERTIAN
Penalaran merupakan konsep yang paling umum menunjuk pada salah satu proses pemikiran untuk sampai pada suatu kesimpulan sebagai pernyataan baru dari beberapa pernyataan lain yang telah diketahui. Pernyataan itu terdiri dari pengertian-pengertian sebagai unsurnya yang antara pengertian satu dengan yang lainnya ada batas-batas tertentu untuk menghindari kekaburan arti. Jadi bisa dikatakan penalaran adalah suatu proses berpikir dengan menghubungkan bukti, fakta, petunjuk atau eviden, atau pun sesuatu yang dianggap bahan bukti, menuju suatu kesimpulan.

Tidak bisa kesampingkan bahwa dalam penalaran juga pasti ada proses berpikir, yaitu kegiatan berpikir atau akal budi manusia. Dengan berpikir dimaksudkan kegiatan akal untuk “mengolah” pengetahuan yang telah kita terima melalui panca indra, dan ditujukan untuk mencapai suatu kebenaran. Jadi, dengan istilah “berpikir” ditunjukkan suatu bentuk kegiatan akal yang khas dan terarah. “Melamun” tidaklah sama dengan berpikir, demikian pula merasakan, pekerjaan panca indera (melihat, mendengar dan sebagainya) dan kegiatan ingatan dan khayalan, meskipun ini semua penting sekali untuk dapat berpikir (dan menghasilkan buah pikiran yang berarti). Tetapi berpikir juga berarti kegiatan kenyataan yang menggerakkan pikiran. kenyataan yang memegang inisiatif.

B.     JENIS PENALARAN ILMIAH
Secara umum, ada dua jenis penalaran atau pengambilan kesimpulan, yakni penalaran induktif dan deduktif.

 1. Penalaran Induktif dan Coraknya
 Penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang khusus menuju sesuatu yang umum.

 Penalaran Induktif dapat dilakukan dengan tiga cara:
a.      Generalisasi
 Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari sejumlah gejala atau peristiwa yang serupa untuk menarik kesimpulan mengenai semua atau sebagian dari gejala atau peristiwa itu. Generalisasi diturunka dari gejala-gejala khusus yang diperoleh melalui pengalaman, observasi, wawancara, atau studi dokumentasi. Sumbernya dapat berupa dokumen, statistik, kesaksian, pendapat ahli, peristiwa-peristiwa politik, sosial ekonomi atau hukum. Dari berbagai gejala atau peristiwa khusus itu, orang membentuk opini, sikap, penilaian, keyakinan atau perasaan tertentu.

 Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara generalisasi adalah sebagai berikut:
 1) Berdasarkan pengalaman, seorang ibu dapat membedakan atau menyimpulkan arti tangisan bayinya, sebagai ungkapan rasa lapar atau haus, sakit atau tidak nyaman.

 2) Berdasarkan pengamatannya, seorang ilmuwan menemukan bahwa kambing, sapi, onta, kerbau, kucing, harimau, gajah, rusa, kera adalah binatang menyusui. Hewan-hewan itu menghasilkan turunannya melalui kelahiran. Dari temuannya itu, ia membuat generalisasi bahwa semua binatang menyusui mereproduksi turunannya melalui kelahiran.

 b. Analogi
 Analogi adalah suatu proses yag bertolak dari peristiwa atau gejala khusus yang satu sama lain memiliki kesamaan untuk menarik sebuah kesimpulan. Karena titik tolak penalaran ini adalah kesamaan karakteristik di antara dua hal, maka kesimpulannya akan menyiratkan ”Apa yang berlaku pada satu hal, akan pula berlaku untuk hal lainya”. Dengan demikian, dasar kesimpula yang digunakan merupakan ciri pokok atau esensial dari dua hal yang dianalogikan.

 Beberapa contoh penalaran induktif dengan cara analogi adalah sebagai berikut:
 1) Dalam riset medis, para peneliti mengamati berbagai efek dari bermacam bahan melalui eksperimen binatang seperti tikus dan kera, yang dalam beberapa hal memiliki kesamaan karakter anatomis dengan manusia. Dari kajian itu, akan ditarik kesimpulan bahwa efek bahan-bahan uji coba yang ditemukan pada binatang juga akan terjadi pada manusia.

 2) Dr. Maria C. Diamond, seorang profesor anatomi dari University of California tertarik untuk meneliti pengaruh pil kontrasepsi terhadap pertumbuha cerebral cortex wanita, sebuah bagian otak yang mengatur kecerdasan. Dia menginjeksi sejumlah tikus betina dengan sebuah hormon yang isinya serupa dengan pil. Hasilnya tikus-tikus itu memperlihatkan pertumbuhan yang sangat rendah dibandingkan dengan tikus-tikus yang tidak diberi hormon itu. Berdasarkan studi itu, Dr. Diamond menyimpulkan bahwa pil kontrasepsi dapat menghambat perkembangan otak penggunanya. Dalam contoh penelitian tersebut, Dr. Diamond menganalogikan anatomi tikus dengan manusia. Jadi apa yang terjadi pada tikus, akan terjadi pula pada manusia.

 c. Hubungan Kausal (Sebab Akibat)
Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang muncul tanpa penyebab.
Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.

 Contoh:
 1) Ketika seorang ibu melihat awan tebal menggantung, dia segera memunguti pakaian yang sedang dijemurnya. Tindakannya itu terdorong oleh pengalamannya bahwa mendung tebal (sebab) adalah pertanda akan turun hujan (akibat).

 2) Seorang petani menanam berbagai jenis pohon dipekarangannya, tanaman tersebut dia sirami, dia rawat dan dia beri pupuk. Anehnya, tanaman itu bukannya semakin segar, melainkan layu bahkan mati. Tanaman yang mati dia cabuti. Ia melihat ternyata akar-akarnya rusak da dipenuhi rayap. Berdasarkan temuannya itu, petani tersebut menyimpulkan bahwa biang keladi rusaknya tanaman (akibat) adalah rayap (sebab).

 2. Penalaran Deduktif dan Coraknya
Penalaran deduksi adalah suatu proses berpikir yang bertolak dari sesuatu yang umum (prinsip, hukum, teori atau keyakinan) menuju hal-hal khusus. Berdasarkan sesuatu yang umum itu, ditariklah kesimpulan tentang hal-hal khusus yang merupakan bagian dari kasus atau peristiwa khusus itu.

C.     CIRI-CIRI PENALARAN
  1. Dilakukan dengan sadar
  2. Didasarkan atas sesuatu yang sudah diketahui
  3. Sistematis
  4. Terarah, bertujuan
  5. Menghasilkan kesimpulan berupa pengetahuan, keputusan atau sikap yang baru
  6. Sadar tujuan
  7. Premis berupa pengalaman atau pengetahuan, bahkan teori yang telah diperoleh
  8. Pola pemikiran tertentu
  9. Sifat empiris rasional
D.      PENULISAN ILMIAH
Penulisan Ilmiah adalah karya tulis yang disusun oleh seorang penulis berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah yang telah dilakukannya. Dari definisi yang lain dikatakan bahwa karya ilmiah (scientific paper) adalah laporan tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Dari pengertian tersebut secara awal kita dapat mengenal salah satu ciri khas karya ilmiah adalah lewat bentuknya yakni tertulis, baik di buku, jurnal, majalah, surat kabar, maupun yang tersebar di internet, di samping ciri lain yang mesti dipenuhi dalam sebuah karya ilmiah.

E.       SIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa penalaran ilmiah adalah proses berpikir atas suatu dasar yang kuat yang bisa dikatakan bahwa itu adalah bukan pikiran sekedar atau sembarangan. Di lain sisi penulisan ilmiah adalah karya tulis ilmiah yang berdasarkan data, fakta, dan hasil-hasil penelitian lainnya. Jadi bisa kita lihat bahwa penalaran ilmiah adalah sebagai dasar utama dalam pembuatan penulisan ilmiah, karena keduanya saling bersangkutan dalam lingkup berpikir ilmiah.


Daftar Pustaka
Surajiyo. 2006. Dasar-dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara
Poespoprodjo, W. 1989. Logika Ilmu Menalar. Bandung : Remadja Karya
Surajiyo. 2006. Dasar-dasar Logika. Jakarta : Bumi Aksara          
Suriasumantri, Jujun. 2007. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : PT Pancaraintan Indahgraha

http://aryonelmessi.wordpress.com/2011/02/24/penulisan-ilmiah-2/