Halaman

Selasa, 05 November 2013

Kepribadian



Kepribadian dan Gaya Hidup

A. Kepribadian
Berdasarkan penelitian, motivasi dari setiap manusia dapat dijelaskan dengan pendekatan kepribadian. Namun, beberapa peristiwa seperti, kekacauan sosial, konflik masa kanak-kanak, dll. hanya dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan gaya hidup (life style). Dalam merencanakan program pemasaran, mulai dari perancangan produk hingga pendistributian kepada pemakai akhir, faktor kepribadian dan gaya hidup juga digunakan.

B. Kepribadian dan Perilaku Konsumen
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, salah satunya adalah factor psikologi pembeli dari segi kepribadiannya. Banyak sekali pendapat mengenai pengertian kepribadian. Menurut psikologi modern, kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik. Ada 3 faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian, yaitu:
1. Keturunan: faktor-faktor yang ditentukan saat pembuahan, misalnya: sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, temperamen, dll.
2. Lingkungan: faktor-faktor yang dipengaruhi oleh budaya, norma keluarga, teman-teman, kelompok sosial, dan pengaruh lain yang pernah dialami.
3. Situasi: tuntutan situasi berlainan yang menimbulkan aspek-aspek lain dari kepribadian seseorang karena pada umumnya, kepribadian individu itu mantap dan konsisten.
Dari penjelasan batasan kepribadian, ada 4 hal penting mengenai sifat kepribadian: (1) dinamis atau selalu berubah-ubah, (2) organisasi sistem (kepribadian itu suatu kesuluruhan yang bulat), (3) psikofisis (gabungan sifat fisik dan psikis), dan (4) unik (setiap individu tidak sama).

Selain berdasarkan uraian di atas, untuk memahami karakteristik kepribadian konsumen, pemasar juga harus mengetahui segi-segi dari kepribadian. Hal itu dikarenakan adanya hubungan yang sangat kuat antara jenis kepribadian dan pilihan produk. Segi-segi kepribadian itu adalah sebagai berikut:

a. Self: taksiran perkiraan dan perasaan akan siapa dia? apa dia? dan di mana dia?
b. Personality Traits: kecenderungan mengevaluasi sesuatu sebelum bertindak.
c. Kecerdasan: kemampuan, kecepatan berfikir, kesanggupan memutuskan sesuatu serta kesanggupan menghimpunn data sebelum menarik kesimpulan.
d. Appearance and Impressions
e.  Kesehatan: kesehatan jasmani dan rohani
f.  Tinggi, berat dan bentuk Badan
g. Sikap terhadap orang lain: sikap ini mencerminkan sikap terhadap diri sendiri,.
h. Knowledge: semakin tinggi pengetahuan seseorang, maka dia akan semakin mantap dan berhati-hati dalam mengambil keputusan.
i. Skills: kecakapan yang mempengaruhi pandangan orang lain sekaligus pandangan kita terhadap diri kita.
j.   Nilai: karakter
k. Emotional tone and control: temperamen yang menggambarkan nada emosi  pada seseorang.
l.   Peranan

C. Karakteristik Pribadi yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Keputusan pembeli dalam memilih barang dipengaruhi oleh beberapa karakteristik, seperti, umur dan tahap daur hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, serta kepribadian.
1. Umur dan tahap daur hidup
2. Pekerjaan
3. Situasi ekonomi
4. Kepribadian

D. Teori-teori Kepribadian

1. Teori psychoanalitis
Teori yang dipelopori Sigmund freud ini menunjukkan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh personalitasnya atau kepribadiannya. Teori psikoanalitis menekankan pada sifat-sifat kepribadian yang disadari sebagai hasil dari konflik masa kanak-kanak. Konflik itu diturunkan menjadi 3 komponen kepribadian sebagai berikut:

a. Id (libido)
Id adalah sumber kekuatan yang dibawa sejak lahir yang mengendalikan perilaku dan merupakan sub sistem dari kepribadian. Sumber kekuatan ini selalu mengarahkan perilaku untuk mencapai kesenangan dan menghindari penderitaan. Id merupakan upaya untuk memperoleh kesenangan, penghargaan, dan pemuasan yang diwujudkan lewat libido dan agresi. Libido mengarah pada hubungannya dengan keinginan seksual dan kesenangfan serta kehangan dan makanan. Sedangkan agresi mengacu pada kerusakan termasuk perang, berkelahi dan berkuasa.
b. Ego
Ego sumber rasa sadar yang mewakili logika dan dihubungkan dengan prinsip realitas. Ego merupakan sub sistem yang berfungsi melayani dan mengendalikan dua sistem lainnya dengan cara interaksi dengan dunia luar. Ego adalah perantara Id yang memberikan reaksi terhadap keinginan Id dengan mempertimbangkan terlebih dahulu apakah keinginan itu dapat memuaskan
atau tidak.
c. Superego
Superego adalah pengekang Id yang menekan gejolak nafsu yang ada pada manusia. Seperego tidak mengatur Id, tapi memberikan hukuman terhadap perilaku yang tidak dapat diterima dengan menciptakan rasa bersalah. Superego adalh motivasi untuk bertindak secara bermoral. Superego menetapkan suatu norma yang melandasi ego memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah. Kesadaran dalam superego diterapkan melalui penyerapan nilai-nilai cultural dan moral masyarakat. Oleh karena itu, orang tua menjadi faktor penting dalam pengembangan superego anak-anak.

2. Teori sosial
Dari teori sosial, kepribadian dijelaskan dengan perilaku yang konsisten memperlihatkan hubungan orang-orang dengan situasi sosial. Dalam pandangan teori ini, setiap orang berperilaku sesuai dengan tuntutan sosial. Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa iklan produk seperti pencuci mulut dan sabun selalu dikaitkan dengan hubungan sosial karena pesan iklan tersebut selalu menggambarkan agar seseorang dapat diterima dalam pergaulan sosial.

3. Teori konsep diri
Dalam pandangan teori konsep diri, manusia mempunyai pandangan persepsi atas dirinya sendiri. Sehingga, setiap individu menjadi subjek dan objek persepsi.konsep diri yang dimiliki individu adalah penilaian-penilaian terhadap dirinya yang berhubungan dengan sifat-sifat seperti, bahagia, keberuntungan, modern, praktis, dll. Secara umu, konsep diri diatur berdasarkan dua prinsip, yaitu keinginan mencapai konsistensi dan keinginan meningkatkan harga diri (self esteem). Konsep actual self (diri yang sebenarnya) yang diterapkan dalam pemasaran
menyatakan bahwa pembelian yang dilakukan konsumen dipengaruhi oleh konsep yang dimiliki oleh orang itu sendiri. Sedangkan konsep ideal self (dirinya yang ideal) yang berhubungan dengan self esteem merupakan sifat positif terhadap dirinya sendiri. Selain dua konsep tersebut, terdapat konsep yang disebut dengan extended self (diri yang diperluas). Konsep ini menjelaskan bahwa tidak hanya citra diri kita yang mempengarui pemilihan produk, akan tetapi, produk yang dipilih juga memberikan pengaruh terhadap diri kita. Terdapat empat level
extended self yang digunakan konsumen untuk mendefinisikan diri mereka, yaitu:
a. Level individu: apa yang seseorang miliki, maka itulah indentitasnya, misalnya: perhiasan, jam tangan, pakaian, dll.
b. Level keluarga: keluarga merupakan bagian dari identitas diri konsumen. Rumah dan perabotannya yang menjadi simbol keluarga juga menjadi identitas konsumen.
c. Level komunitas: tetangga, lingkungan perumahan, dan asal daerah juga sudah umum untuk dijadikan identitas.
d. Level kelompok: keterikatan terhadap kelompok sosial dapat menjadi dasar identitas atau bagian dari kelompok itu.

4. Teori Sifat / Ciri (Trait Theory)
Trait adalah setiap karakteristik yang berbeda yang berbeda antara satu dan lainnya serta bersifat relatif permanen dan konsisten. Pendekatan kepribadian teori ini berusaha mengkuantitatifkan karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh seseorang. Ada beberapa ciri spesifik yang sesuai dengan perilaku konsumen, yaitu, innovativeness (keinginan mencoba sesuatu yang baru), materialism (keinginan memperoleh atau memiliki produk sebanyak-banyaknya), need cognition (usaha memikirkan sesuatu yang menimbulkan usaha memikirkan informasi merek).

E. Dimensi Kepribadian
Empat dimensi utama yang saling berlawanan (dikotomis), yakni : 

1. Extrovert (E) vs. Introvert (I). Ekstrovert artinya tipe pribadi yang suka bergaul, menyenangi interaksi sosial dengan orang lain, dan berfokus pada the world outside the self. Sebaliknya tipe introvert adalah mereka yang senang menyendiri, reflektif, dan tidak begitu suka bergaul dengan banyak orang. Orang introvert lebih suka mengerjakan aktivitas yang tidak banyak menutut interaksi semisal membaca, menulis, dan berpikir secara imajinatif.
2. Sensing (S) vs. Intuitive (N). Tipe dikotomi kedua ini melihat bagaimana seseorang memproses data. Sensing memproses data dengan cara bersandar pada fakta yang konkrit, factual facts, dan melihat data apa adanya. Sensing adalah concrete thinkers. Sementara tipe intuitive memproses data dengan melihat pola dan impresi, serta melihat berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Intutive adalah abstract thinkers.
3. Thinking (T) vs. Feeling (F). Tipe dikotomi yang ketiga ini melihat bagiamana orang berproses mengambil keputusan. Thinking adalah mereka yang selalu menggunakan logika dan kekuatan analisa untuk mengambil keputusan. Sementara feeling adalah mereka yang melibatkan perasaan, empati serta nilai-nilai yang diyakini ketika hendak mengambil keputusan.
4. Judging (J) vs. Perceiving (P). Tipe dikotomi yang terakhir ini ingin melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging disini bukan berarti judgemental (atau menghakimi). Judging disini diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak secara sekuensial (tidak melompat-lompat). Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap fleksibel, adaptif, dan bertindak secara random untuk melihat beragam peluang yang muncul.

F. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung jaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog Austria , Alfred Adler , pada 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak 1961.
Gaya hidup secara luas diidentifikasikan sebgai cara hidup yang ditandai oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri serta dunia di sekitarnya (pendapatnya). Gaya hidup merupakan sebuah identitas kelompok. Gaya hidup sangat relevan dengan usaha pemasar menjual produknya. Perubahan gaya hidup kelompok akan berdampak luas pada berbagai aspek konsumen. Di Amerika telah terjadi beberapa perubahan gaya hidup yang mungkin juga akan terjadi di Indonesia, diantaranya:

      §  Perubahan peran pembelian antara pria dan wanita.
      §  Mempunyai perubahan besar pada masalah kesehatan dan gizi.
      §  Lebih menyadari diri sendiri.
      §  Gaya hidup yang konservatif dan lebih tradisional.
      §  Meningkatnya penekanan pada kesenjangan hidup
      §  Kesadaran lingkungan yang lebih besar.

G. Nilai dan Gaya Hidup
Gaya hidup ditunjukkan oleh perilaku masyarakat yang menganut nilai-nilai dan tata hidup yang hampir sama sebagai refleksi dari nila-nilai itu sendiri. Untuk memahami gaya hidup masyarakat diperlukan program atau instrument untuk mengukur perkembangannya. SRI International telah mengembangkan program yang disebut VALS1 (value and life style 1) untuk mengukur gaya hdup ditinjau dari aspek nilai cultural yaitu (1) outer directed yang merupakan gaya hidup konsumen yang jika membeli suatu produk harus sesuai dengan nilai-nilai dan norma tradisional yang telah terbentuk. Konsumen ini merupakan konsumen terbesar di Amerika yang mencapai 68%, (2) inner directed, yaitu konsumen yang membeli produk untuk memenuhi keinginan dalam dirinya untuk memiliki sesuatu dan tidak terlalu memikirkan norma-norma budaya yang berkembang. Kelompok kedua ini berusaha keras untuk mengekspresikan dirinya, dan (3) need
driven, yaitu konsumen yang membeli sesuatu didasarkan atas kebutuhan dan bukan keinginan berbagai pilihan yang tersedia.
SRI kemudian memperbaiki program VALS1 dengan VALS2 yang mengidentifikasi delapan kelompok konsumen sebagaimana gambar 5.1. berikut definisi nilai yang terkandung didalamnya:
Actualizer      : mempunyai pendapatan yang paling tinggi dan harga diri yang tinggi. Mereka membeli produk dengan tujuan mencapai yang terbaik dalam hidup.
Fulfilleds       : berpendapatan tinggi, bertanggung jawab, berpendidikan tinggi dan terbuka pada perubahan.
Believers        : tidak berpendapatan tinggi dan hidup lebih tradisional daripada fulfilleds. Hidup bersosial dan menghargai peraturan.
Achiever    : focus pada karir dan keluarga, hidup sosial formal, dan tidak berlebihan.
Striver              : minat sempit, mudah bosan, agak terkucil, ingin dihargai, tidak peduli kesehatan dan politik.
Struggeler     : minat dan kegiatan terbatas, kesehatan bermasalah, konservatif dan tradisional, setia pada agama.
Experience    : senang hal baru, aneh dan beresiko, sporty, kagum akan kekayaan dan kekuasaan.
Maker   : menikmati alam, menghindari orang, mencemooh politisi, konglomerat.

 
Segmen Konsumen Berdasarkan VALS 2








Sumber:
afi5sa.files.wordpress.com/2012/09/kepribadian-dan-gaya-hidup
http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_hidup
infowawasan.blogspot.com/2009/12/4-dimensi-kepribadian-manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar