Auto-Biografi
Di rumah sakit tengah kota Jakarta lahir seorang bayi pada
tanggal 23 Juni 1994, yang diberi nama Muhammad Alvin Bahrul Ulum oleh ayahnya.
Alvin (saya) kecil tinggal di pusat kota Jakarta bersama nenek dan kakeknya serta orang tuanya. Ia
tumbuh cukup baik disana, memiliki banyak teman, dan pergaulan yang luas. Pada
usia 5 tahun ia pindah ke daerah Klender dan menempuh pendidikan dasarnya di SD
N 10 Pagi Duren Sawit, Jakarta Timur. Saat SD ia mengikuti kegiatan
ekstrakulikuler Kungfu dan Pramuka, ekstrakulikuler kungfu dilakukan setiap pulang
sekolah hari juma’at, sedangkan pramuka dilakukan pada hari sabtu setelah jam
belajar selesai.
Pada saat SD ia sangat suka bermain sepak bola bersama
teman-temannya di lapangan sekolah selepas jam belajar. Kegiatan ini hampir
setiap hari dilakukannya. Seiring berjalannya waktu ia terus naik tingkat kelas
hingga kelas 6. Setelah lulus SD ia melanjutkan pendidikan ke tingkat SMP. SMP
N 199 Jakarta Timur menjadi pilihan Alvin. Saat SMP ia menyibukkan diri di
kegiatan yang berbeda dari sebelumnnya di SD, yaitu mengikuti ekstrakulikuler
ROHIS. Selama mengikuti ROHIS, Alvin aktif di kegiatan marawis sebagai pemain
simbal. Ekstrakulikuler ini dijalani mulai kelas 8 sampai kelas 9, selama itu
Alvin pernah tampil dengan grup marawisnya di berbagai kesempatan yang cukup
luar biasa.
Sebelum saya lanjutkan, izinkan saya (penulis) mengubah sudut
pandang disini, Alvin adalah saya, jadi sekarang saya ingin menjadi orang pertama
tunggal di cerita ini. Saya dan grup marawis saya pernah tampil di Departemen
Pariwisata sebagai pembuka di acara Maulid Nabi, tampil di Kantor Walikota
Jakarta Timur untuk menyambut Walikota baru, dan yang tidak kalah menarik saya
dan grup marawis saya pernah tampil sebagai penyambut rombongan Studi Banding dari
Malaysia di sekolah saya sendiri, SMP N 199 Jakarta Timur.
Selepas SMP, saya melanjutkan ke SMA N 107 Jakarta Timur. Di
masa ini lah sangat berkesan bagi saya, teman, pergaulan, dan kenangan yang
sulit di lupakan terjadi di sekolah ini. Banyak cerita di masa sekolah SMA ini,
mulai dari futsal, catur, kejuaraan bulu tangkis di kelas, hingga persahabatan
yang mewarnai kisah di masa ini, sungguh mengesankan.
Saat kelas 10, sekolah saya mengadakan Study Tour ke Jogjakarta
pada semester 2. Study Tour ini di adakan selama 5 hari 4 malam dengan agenda
Home Stay di daerah kaki gunung Merbabu di desa Genikan. Disana kami banyak
belajar tentang rasa syukur dalam kehidupan, karena kehidupan disana sangat lah
terbatas, mulai dari pendidikan, disana hanya ada Sekolah dasar, jika ingin
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi maka kita harus keluar desa yang
jaraknya cukup jauh dan sulit untuk dijangkau bila tidak memiliki kendaraan
pribadi, karena daerah ini cukup jauh dari jalan raya. Sangat berbeda dengan di
Jakarta, di kota ini sangat mudah mendapatkan apa yang kita butuhkan, misal angkutan
untuk ke sekolah, kita hanya perlu keluar rumah untuk beberapa meter lalu sudah
ada angkutan umum yang menunggu. Sampai kelas 12 saya di sekolah ini kemudian
lulus dengan nilai yang cukup baik kalo menurut saya di tengah-tengah teman-teman
yang tidak lulus di luar sana. Saya lulus tahun 2011 dari sekolah yang penuh
kenangan ini.
Kini saya seorang
mahasiswa yang menuntut pendidikannya di Fakultas Ekonomi dengan jurusan
Manajemen di salah satu universitas yang bermarkas besar di daerah Depok, Jawa
Barat. Saya masuk dan terdaftar sebagai mahasisma universitas ini pada Tahun
Ajaran 2011/2012. Saya rasa, atau memang kenyataannya, universitas ini sangat
identik dengan warna ungu, mulai dari brosur tentang kampus hingga bis
operasional universitas ini pun berwarna ungu, tapi sayang ada yang kurang,
gedung perkuliahan kami tidak berwarna ungu. Mungkin pembaca sudah tahu universitas
apa yang saya maksud. Ia, Universitas Gunadarma lah tempat saya bernaung untuk
melanjutkan pendidikan saya ke jenjang Strata 1 setelah lulus SMA.
Disinilah
petualangan saya dimulai. Saya lalui semester 1 dan 2 dengan penuh penyesuain,
dan dengan penuh penataan di semester 3 dan 4. Di semester 1 dan 2, mungkin
saya hanya berkegiatan layaknya mahasiswa biasa yang pergi ke kampus,
mendengarkan dosen, pulang ke rumah, dan mengerjakan tugas. Kali ini di
semester 3 saya merasa lebih, menjadi lebih main futsal dan lebih main games.
Seiring waktu berjalan, saya merenung bahwa hari-hari saya tidak bisa dan tidak
boleh seperti ini terus. Suatu ketika saya berpikir untuk bisa aktif di suatu
organisasi di dalam ataupun luar kampus. Singkat cerita, saya menemukan dalam
pencarian saya akan sebuah organisasi yang bisa membuat saya menjadi lebih,
lebih baik tentunya.
Organisasi
itu bernama Sharia Economic Forum atau biasa disingkat dengan SEF. Ini adalah
organisasi dalam kampus sebagai Badan Semi Otonom dari BEM Fakultas Ekonomi.
Saya mendaftar ke organisasi ini sekitar pertengahan bulan April 2013 saat
semester 4, dan melalui cukup banyak tahap seleksi di dalamnya. Singkat cerita
saya diterima dan menjadi keluarga baru di SEF dengan 20 teman saya lainnya
yang juga diterima sebagai anggota baru di organisasi ini , Alhamdulillah. Dan
organisasi inilah yang saya anggap akan mampu menjadikan saya menjadi pribadi
yang lebih baik, insya Allah.
Disini
saya begitu banyak belajar, berawal dari saat tahap seleksi perekrutan yang
begitu ketat dan disiplin, hingga sekarang saya sudah menjadi bagian dari keluarga
di organisasi ini, yang akan selalu dituntut untuk berkepribadian IKHLAS &
PROFESIONAL. Karena dua hal ini yang mendasari kami para penghuni Sharia
Economic Forum (SEF) dalam menjalani aktifitas sehari-hari maupun aktifitas
keorganisasian. Karena Segala sesuatu yang dilakukan dengan Ikhlas akan menjadi
tindakan yang timbul dari dalam hati, sehingga pikiran dan tenaga akan berjalan
seiring keikhlasan jiwa kita. Dan Profesional dalam menjalankan fungsi dan
tanggung jawab kita masing-masing.
Karena banyak pelajaran
yang bisa saya resapi disini, saya sangat bersyukur Alhamdulillah bisa diterima
dan bergabung sebagai keluarga Sharia Economic Forum (SEF) Angkatan 2013/2014.
Tidak sedikit yang bisa saya petik dari organisasi ini. Kekeluargaan,
persahabatan, kedisiplinan, kesabaaran, dan wawasan ekonomi syariah maupun
ekonomi umum adalah beberapa hal yang saya dapatkan selama 2 bulan lebih ini
saya menjadi anggota baru di Sharia Economic Forum (SEF). Sebuah nilai lebih
yang mugkin tidak saya dapatkan di kelas kampus sehari-hari. Sehingga saya
berharap ini adalah bagian dari langkah saya untuk bisa menjadi pribadi yang
terus belajar dan berusaha, agar bisa menjadi pribadi yang lebih berharga dan
dihargai lebih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar