Halaman

Kamis, 21 Mei 2015

Bahasa Inggris Bisnis 2 - Causative


CAUSATIVE VERB

Causative verbs express an action which is caused to happen. In other words, when I have something done for me I cause it to happen. In other words, I do not actually do anything, but ask someone else to do it for me. This is the sense of causative verbs.
This sentence is similar in meaning to:Someone painted Jack's house. OR Jack's house was painted by someone. Causative verbs express the idea of someone causing something to take place. Causative verbs can be similar in meaning to passive verbs.

Examples:
My hair was cut. (passive)
I had my hair cut. (causative)
Both 'make' and 'have' can be used as causative verbs.
Ø Make
'Make' as a causative verb expresses the idea that the person requires another person to do something.
Construction Chart
Subject + Make + Person + Base Form of Verb
Examples:
Peter made her do her homework.
The teacher made the students stay after class.
Ø Have
'Have' as a causative verb expresses the idea that the person wants something to be done for them. This causative verb is often used when speaking about various services. There are two forms of the causative verb 'have'.
Form
[have + person + verb]
Use
This construction means "to give someone the responsibility to do something."
Examples:
·       Dr. Smith had his nurse take the patient's temperature.
·       Please have your secretary fax me the information.
·       had the mechanic check the brakes.

Ø Get
'Get' is used as a causative verb in a similar way as 'have' is used with the participle. This expresses the idea that the person wants something to be done for them. The causative verb is often used in a more idiomatic manner than 'have'.
Form
[get + person + to + verb]
Use
This construction usually means "to convince to do something" or "to trick someone into doing something."
Examples:
·       Susie got her son to take the medicine even though it tasted terrible.
·       How can parents get their children to read more?
·       The government TV commercials are trying to get people to stop smoking.

Ø Let
Form
[let + person + verb]
Use
This construction means "to allow someone to do something."
Examples:
·       John let me drive his new car.
·       Will your parents let you go to the party?
·       I don't know if my boss will let me take the day off.




Reference:
http://www.learnamericanenglishonline.com/Green%20Level/G16%20Unusual%20Uses%20of%20Get%20and%2Have.html
http://www.englishpage.com/minitutorial/let.html
http://esl.about.com/od/grammarstructures/causative.htm
http://www.engvid.com/english-grammar-causative-verb/

Sabtu, 16 Mei 2015

KamNas Ekonomi Syariah 2015


KAMUFLASE BUNGA
“Antara Degradasi Iman dan Penurunan Penalaran”

Dahulu pada zaman ke-adi-kuasaan negara Turkey pada tahun 1700an, bisa dikatakan ekonomi dunia sangatlah nyaman dan aman dari bentuk ancaman ekonomi apapun, karena pada zaman itu di terapkannya ekonomi syariah yang menjadi dasar ekonomi di Negara Turkey dan sekitarnya. Dimana sistem ekonomi ini mengedapankan keadilan bagi semua pihak yang ada dalam ekonomi itu sendiri.

Ekonomi syariah telah menjadi jantung dunia saat itu dan menjadi pondasi ekonomi yang begitu kokoh yang di terapkan oleh negara Turki. Kenapa bisa menjadi pondasi ekonomi yang kokoh? Karena begitu adil dan berimbangnya sistem ekonomi ini, ditambah lagi dengan tidak di kenalnya “suku bunga” pada sistem ekonomi ini. Sebab pada dasarnya dalam ekonomi syariah adalah untuk menjauhkan dan menghilangkan seluruh kegiatan ekonomi dari “suku bunga” atau “Riba”.

Bunga adalah salah satu tanaman ciptaan Allah swt. yang sungguh indah, begitu memikat dan sangat memukau. Bunga menebarkan keharuman yang luar biasa, meskipun tidak semua bunga harum tapi mereka tetap indah bahkan dicari-cari orang banyak karena kelangkaannya dan membawa kebaikan dalam hidup ini, selain dia sangat mewarnai dunia ini dengan bermacam-macam jenisnya, bunga juga memberikan hirupan sedap di hidung kita. Tetapi, itu adalah bunga (flower) bagaimana dengan bunga (usury)?

Bunga (usury) yang saya maksud disini adalah sungguh sangat berbeda dengan bunga (flower) yang saya jabarkan di atas. Keberadaan bunga (usury) ini begitu luar biasa membawa dampak negatif ke dalam perekonomian di dunia ini, kekuatan yang ada padanya pun hebat sekali, karena mampu menciptakan krisis ekonomi di banyak negara di dunia. Bunga (usury) diaangap menjadi penyakit ekonomi yang sangat mendasar dalam seluruh kegiatan ekonomi. Karena hal ini sangat tidak pantas ada dalam sebuah sistem ekonomi, apalagi dewasa ini di Indonesia sedang di gembor-gemborkannya sebuah sub-sistem ekonomi yang disebut dengan Ekonomi Kerakyatan.

Lalu bagaimana dengan hari ini? Bunga (usury) dalam sistem ekonomi yang dianut oleh rata-rata negara di dunia sudah sangat merajalela dan seakan mendarah-daging dengan kedoknya yang manis. Bunga seakan telah menjadi gaya hidup yang banyak orang banggakan, padahal mereka jatuh dan terpuruk karena itu. Kekutan bunga (usury) memang sungguh besar, bisa dilihat bahwa hampir 20 krisis terjadi pada abad ke 20 akibat bunga itu sendiri (Glyn Davies, 1960).

Suku bunga dianggap menjadi penyakit ekonomi yang sangat mendasar dalam seluruh kegiatan ekonomi. Karena hal ini sangat tidak pantas ada  dalam sebuah sistem ekonomi, apalagi dewasa ini di Indonesia sedang di gembor-gemborkannya sebuah sub-sistem ekonomi yang disebut dengan Ekonomi Kerakyatan. Sebagai contoh, jika kita ingin membantu orang lain dengan meminjamkannya utang tapi utang itu disertai bunga, yang pada dasarnya bunga itu adalah tambahan dari apa yang di pinjam, apa ini bisa di bilang membantu? Padahal kita jelas menuntut tambahan dari apa yang di pinjam. Justru disini kita malah menambah beban si penerima bantuan karena kita telah menuntut apa yang bukan hak kita dan memaksa apa yang bukan menjadi kewajibannya.

Tetapi beberapa puluh tahun belakangan ini, ekonomi syariah seakan memudar dan menghilang dari kehidupan ekonomi dunia, bahkan di Negara berpenduduk muslim terbesar sekali pun seperti di Indonesia, ekonomi syariah menjadi barang langka yang keberadannya diragukan ada. Apakah masyarakat Indonesia tidak merasa sistem ekonomi yang dijalankan sekarang berpengaruh negatif pada siklus perekonomian yang ada atau justru sebenarnya ada banyak krisis terjadi namun masyarakat Indonesia tidak sadar bahwa krisis itu berasal dari sistem ekonomi yang dijalankan sekarang? Sungguh miris jika jawabannya adalah pilihan yang ke dua, jawaban itu seakan-akan menunjukkan sistem ekonomi yang ada terlihat baik-baik saja, padahal dari sistem itulah krisis yang terjadi disebabkan dan tidak kunjung selesai oleh solusi apa pun, sekali pun ada solusinya, maka solusi itu adalah awal penyebab dari krisis berikutnya.

Oleh karena itu, upaya untuk menerapkan sistem ekonomi syariah di tanah Indonesia ini sangat lah urgensi demi kehidupan ekonomi Indonesia yang aman dan adil bagi seluruh aspek ekonomi di negeri ini.

Oleh Muhammad Alvin B. U.
Sharia Economic Forum
Universitas Gunadarma
Bekasi, Indonesia

Jumat, 08 Mei 2015

Resume Kuliah Umum SEF



Being Global Leader in Islmaic Finance

-Kuliah Umum Ekonomi Syariah-
Sharia Economic Forum

Para pemuka dan pemimpin dunia tidak sedikit yang berlatar belakang disiplin ilmu ekonomi, namun ilmu mereka berazaskan ekonomi yang berkiblat pada ajaran yang dibawa oleh bapak ekonomi dunia Adam Smith, yaitu adalah ekonomi kapitalis yang menyatakan sebuah sistem ekonomi yg filsafat sosial dan politiknya didasarkan kepada azas pengembangan hak milik pribadi dan pemeliharaannya serta perluasan faham kebebasan.

Kini semakin dewasa kehidupan ekonomi dunia dirasa justru tidak semakin membaik atas faham ekonomi kapitalis yang sudah berjalan sejak ribuan tahun lalu. Hadirlah semua serapan ekonomi baru yang diharapkan bisa menjadi penyembuh ekonomi dunia dari segala krisis yang di mana sedikitnya ada 20 krisis terjadi pada abad 20. Ekonomi baru itu adalah ekonomi Islam yang jelas disampaikan di Al-Qur’an pada surah Al Baqarah ayat 275-279. Adapun sosok/tokoh yang terus memperjuangkan pembumian ekonomi Islam ini, mereka adalah Umer Chapra, Nejatullah Siddiqi, Humayon Dar, dan Dr. Daud Bakar.

Tentu ini kesempatan besar bagi para kalangan muda untuk ikut berpartisipasi di dalam usaha membumikan ekonomi Islam pada seluruh kalangan masyarakat, minimal orang-orang yang ada di sekitarnya. Menjadi motivasi luar biasa ketika kita mendengar kata Global Leader, yang dibayangkan adalah pemimpin yang memimpin dengan lingkup dunia internasional. Namun lebih dari itu, Global Leader in Islamic Finance bisa saja mendapatkan kesejahteraan hidup luar biasa, terkenal, dan juga pastinya bisa melancong ke seluruh dunia karena pemikiran ekonomi Islam yang di genggam dan untuk diamalkan di setiap negara yang dikunjunginya.

Dari semua motivasi itu, tentu akan ada pertanyaan “mengapa kita perlu menjadi Global Leader in Islamic Finance?” ada 5 poin jawaban atas pertanyaan ini. Pertama, perlunya kita untuk mempromosikan ekonomi yang bebas riba kepada seluruh masyarakat dunia, karena riba lah yang menyebabkan kita merasakan krisis yang tak kunjung habis dan selalu kembali. Kedua, meningkatkan keadilan ekonomi dan sosial dimaksudkan pada produk dan jasa keuangan syariah harus memiliki nilai tambah dan perbedaan dibandingkan produk konvensional. Ketiga, pengentasan kemiskinan/poverty alleviation adalah salah satu tujuan dari Sistem Keuangan Islam. Keempat, mendorong sistem keuangan yang berkelanjutan, yang dimaksudkan bahwa perlu Leader dan Champion agar Lembaga Keuangan Syariah dalam Mendorong Financial Inclusion tidak tertinggal oleh lembaga keuangan konvensional. Kelima, mendorong perkembangan ekonomi dari berbagai sektor ekonomi.

Adapun yang menjadi “Homework” bagi pemimpin juga calon pemimpin dalam Islamic Finance. Bebrapa pekerjaan rumah itu adalah pengembangan produk dan perbaikan proses Bisnis, maka dari itu pentingnya Research and Development untuk Industri Keuangan Syariah dan perlunya keserasian antara hukum yang berlaku dengan ketentuan syariah.

Adapula tips untuk kita bisa lebih advance untuk menjadi Global Leader in Islmaic Finance. Tips adalah luruskan niat, perluas wawasan, perdalam pengetahuan, miliki visi yang jelas, betindak, istiqomah, lalu pengembangan selanjutnya dari apa yang sudah kita lakukan. Dan yang terpentong adalah lakukan Berjamaah dan Berkumpullah bersama orang-orang yang tepat.

Muhamad Alvin Bahrul Ulum
4 EA 17
Jakarta, Indonesia.